Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Suka Baca Buku? Bisa Meningkatkan Jiwa Berpolitikmu, Nih

Gambar
  Haloo book friends! How are you ? Gimana nih kabar kalian? Semoga book friends dalam keadaan yang sehat dan always happy yaaw . But, kenapa ya penulis sebut kalian book friends? Pasti pembahasan kali ini gak jauh-jauh dari buku yaa, hehehe... Kalau kalian bukan anak yang suka baca buku banget nih, you have not to being worried guys, because i wanna share to you all, why book is so relateable with political.  Menurut teori klasik Aristoteles, pengertian politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Hubungannya dengan membaca buku, seseorang (pembaca buku) bisa mewujudkan kebaikan bersama dengan memberikan ide-ide dari berbagai buku yang telah ia baca, sehingga dapat memberikan kembali makna kebebasan berpendapat dan berkespresi. Ditambah lagi, dapat membantu kehidupan masyarakat yang lebih baik.  Misalkan nih, dengan seringnya seseorang membaca buku resep-resep memasak, ia berani memberikan kelas gratis untuk mengajari memasak ibu-ibu di kampung

Antara Masyarakat Adat dan Praktik Elit Politik

Gambar
  Ilustrasi foto:  KataData    Hai-hai Sobat Budaya! Gimana kabar kalian sekarang nih? Semoga dalam keadaan bahagia dan sehat yaa. Wah, kenapa nih kita semua cocok banget disebut “Sobat Budaya” ? Kira-kira ada yang bisa nebak gak nih? Yaps, jelas banget yaa guys, kalau kita sebagai manusia berbudaya mengedepankan sifat berbudaya.    Sebelumnya nih Sobat Budaya , apa sih konsep manusia yang berbudaya? Menurut website milik Kabupaten Pati, manusia yang berbudaya adalah seseorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etnis dan moral yang hidup dalam kebudayaan masyarakat.    Nah, hubungan dari “Manusia yang Berbudaya” dengan “Masyarakat Adat”, tak bisa terpisahkan nih, guys (like you and me, jiakhh). Masyarakat adat berperan penting dalam sejarah pendirian NKRI   dan pengelolaan perekonomian secara   berkelanjutan. Namun, minimnya pengakuan pemerintah atas hak ulayat masyarakat adat melahirkan banyak konflik sehingga mereka merasaka

Menilik Sudut Hati Hewan yang Dipolitisasi

Gambar
          Sumber foto: KumparanBerita    Alohaa, Animal Rangers ! Owhh suddenly banget about animal… what’s happening , nih guys?    Kalian tau gak sih, berdasarkan data  Asia For Animals Coalition , Indonesia menempati negara urutan pertama di dunia yang paling banyak mengunggah konten kekejaman terhadap hewan di media sosial. Sebanyak 1.626 konten penyiksaan berasal dari wilayah Indonesia.  Sadly , binatang kita yang hebat dan imut-imut itu disiksa, diperjualbelikan, bahkan sampai direkam dan dipublikasikan,  animal rangers!  Huhuhu … then, what we will gonna do, friends?  Yuks, langsung aja kita bahas bareng-bareng!  Let’s go!    Kata “politisasi” kerap mengandung konotasi negatif. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan cara-cara berpolitik yang tidak etis. Oh iya, politik ini sangat luas, lho guys . So,  kita menilik (meneliti dengan mata batin) dari sudut pandang hati satwa yang dikorbankan ya. Kamu yang pecinta hewan garis keras, siapkan tisu-mu, hihihi...    Menurut kbbi

Kenapa Minimnya Partisipasi Perempuan dalam Politik?

Gambar
      Sumber ilustrasi: Suluh Perempuan      Haloww sobat equality! Wahh, kenapa ya kok, aku bilang kalian equality? The answer is so simple, guys! We are need equality, especially for woman equality atau persamaan hak perempuan.    Nah, langsung aja yuk ke pembahasannya, check this out!    Dalam sebuah organisasi atau institusi publik, dominasi kaum laki-laki sebagai pemimpin memang masih begitu kuat. Padahal kenyataannya, perempuan pun mempunyai potensi yang tidak kalah dengan laki-laki dalam hal memimpin.    Padahal nih sobat equality, secara demografi jumlah perempuan di Indonesia tidak jauh berbeda. Dari total 273 juta jiwa penduduk, penduduk Laki-laki: 138.303.472 jiwa atau 50,5% dan penduduk perempuan: 135.576.278 jiwa atau 49,5% (Badan Pusat Statistik (BPS).    Menteri PPPA meyakini masih ada faktor penting yang belum maksimal terealisasi dalam mencapai kuota 30 persen keterwakilan perempuan, yaitu dukungan sesama perempuan.    Terdapat beberapa faktor, mengapa peran perempuan

GenZ Pilih Siapa ya, The Best Gundala Kalian di 2024?

Gambar
     Heihoo GenZ! How are u? 2024 kita harus pilih siapa ya, capres dan cawapresnya? Yang gaul atau yang suka blusukan? Yang fashionable apa yang merakyat? Arghh, brain stock bangetZzz, huhu… mending turu, yagseyaa, zzz … Canda hehehe…    Berdasarkan data dari survei Litbang Kompas, terdapat 53,8% pemilih Generasi Z dan milenial saat pemilu 2024 nanti. Wah, lebih dari setengah populasi pemilih ya, GenZ ?    Nah, maka dari itu perlu banget nih sosialisasi politik tentang seleksi capres dan cawapres yang kamu-kamu akan pilih nanti, nih! Walaupun penulis juga masih belajar banyak, kita tetap bakal pelajari bareng-bareng ya GenZ , tentang “Gimana sih Cara Bijak kita untuk Pilih Presiden dan Wakilnya yang Titisan Gundala Banget” hahaha… Let’s go kita ke tahap-tahapnya, GenZ!    Tahap-tahap dalam menilai siapa Presiden dan wakil yang layak dalam membangun Indonesia selama 5 tahun ke depan, yaitu: 1.        Tak kenal, maka tak dekat. Tak dekat berarti tak sehati. Tak sehati berarti

Politik dibuat Bercandaan: Emang Boleh?

Gambar
     (Eitss-eitss, ini bukan sponsor, hahaha) Helloww guys! Welcome back to my blog!     Wakil rakyat bukan paduan suwaraa... jangan tidur apalagi nonton, kalau lagi sidang soal rakyat!!! Wkwkwk...    Okeey  guys, kalau kalian bingung tadi aku diatas senandung apa,  well  tadi aku lagi ngasih clue kalau  today  kita bakal bahas antara humor/ komedi dengan politik, nihh!    Dalam dunia politik, humor adalah bagian penting keterampilan berkomunikasi. Ini karena humor adalah bahasa universal. Hampir semua orang suka.  Aku suka, kamu suka tapi sama yang lain, jiakh…   Karena itu, humor bisa menjadi kendaraan berbagai jenis pesan agar bisa diterima tanpa penolakan, nih guys.     Nah guys , kalian yang lagi baca artikel ini merasa muda gak?  If yes , tipikal kalian itu adalah tipikal anak muda yang suka humor, plesetan, roasting, stand up comedy, dan komika yang melek politik menjadi idola pemilih milenial.    Pemilih muda dan kaum milineal sangat antipati dengan kehadiran tokoh yang jutek,

Political Rights for Disabilities's Friends

Gambar
        (Ket foto: Disabilitas memilih di TPS)    Hai millennials politics ! Gimana kabar kalian nih? Semoga masih dalam keadaan sehat dan happy yaa saat membaca artikel penulis ini, hehe…    Teman-teman mesti bersyukur nih. Kenapa? karena banyak teman kita disana yang sedang berjuang untuk hidup setara dengan kita. Siapa mereka? yapps, mereka adalah penyandang disabilitas, guys!    Nah, kali ini penulis wanna give some informations about political rights for disabilities , guys. Jadi dalam beberapa menit kedepan, kita bakal nge-bahas seputar, “Kenapa ya teman-teman disabilitas kita masih jarang datang ke lokasi pemilu?” Langsung aja, check this out guys!    Teman-teman pasti disini dan disana punya akses internet, kan ya? Nah, sangat disayangkan ternyata teman kita yang mengalami disabilitas masih tidak banyak yang mengakses internet, lho. Walaupun tahun ini merupakan tahun politik, mereka tetap tidak bisa mendapat informasi yang banyak terkait pemilu. Akibatnya, banyak dari