Postingan

Seberapa Dekat Kita dengan Mimpi?

Gambar
Halo, inilah kita  Para pengembara kehidupan. Sekarang aku sedang di kereta. Menikmati apa yang kau sebut "menanti". Lantas, menanti apa? Menanti mimpi Yang kita perjuangkan Menanti sosok Yang sekadar jadi ruang Untuk bercerita Kini aku merenungi diri Di lorong kereta Dalam keadaan sadar  Ternyata hidup Tidak seperti yang kita mau Hidup seperti perjalanan Yang entah menemukan Titik akhirnya Atau tidak Memang ada ruang  Untuk singgah Tapi selebihnya Kita terus berjalan Perihal buah dari usaha Aku hanya ingin cerita Jika kita telah mengusahakannya Tapi tidak tergenggam Percayalah Itu memang bukan milikmu Itu adalah pertanda  Untuk dirimu Agar terus mencari Apa celah Yang perlu kau gali  Agar kau Bisa tertidur dalam tenang  Dan rindang Jika yang kau kejar Ternyata ada di pijakanmu Percayalah Itu jejak kaki yang tepat Untuk kau kenang Ya, itulah rezekimu Kita tak pernah tau Arah mana  Yang akan beri angin segar Dikala kita kepanasan Dan hilang arah Kerap kali Kita lebih ingin air

Apakah Hewan Merasakan Kesakitan Ketika akan Dimakan?

Gambar
Sumber: Act for Farmed Animals    Amerika Serikat dan Australia tercatat sebagai negara dengan konsumsi daging tertinggi, masing-masing 124 kg dan 116 kg per kapita per tahun. Sebaliknya, India dan Ethiopia memiliki konsumsi terendah, hanya 4.4 kg per kapita per tahun. Sedangkan Indonesia berada di tengah-tengah dengan konsumsi sekitar 30 kg per kapita per tahun (Katadata, 2023).     Menurut FAO Food Outlook 2023-2032, yang memberikan Gambaran prospek 10 tahun untuk pasar komoditas pertanian dan perikanan di tingkat nasional, regional, dan global, produksi daging di Asia diproyeksikan akan terus meningkat, terutama didorong oleh peningkatan konsumsi di negara-negara berkembang seperti China dan India.    Pada tahun 2032, produksi daging di Asia diperkirakan mencapai sekitar 150 juta ton. Indonesia diperkirakan akan terus meningkatkan produksi daging dan produk susu untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat.  Sumber: Act for Farmed Animals    Masalahnya adalah penggunaan antimik

Pers Kampus Kini: Dituntut Netral, Bukan Kritis

Sejatinya, kampus merupakan ruang akademik yang tak terbatasi oleh sekat-sekat apapun. Akses pengetahuan bisa didapatkan dimana-mana. Tapi, hal itulah yang menjadi pekerjaan baru bagi wartawan rakitan kampus yang hanya ingin sekadar mengetahui isu-isu kampus terlebih dahulu daripada mahasiswa lainnya. Mereka dididik secara teknis dari awal, peliputan, hingga akhir pengemasan berita. Tapi, tak mengkritisi, “Apa yang terjadi di balik ini semua?”. Pencari dan penyebar informasi kampus yang dikader selama beberapa bulan hanya untuk mendapatkan id pers, tentu dituntut untuk menyampaikan berita dengan “netral”. Padahal, dengan sikap wartawan yang netral, justru tidak memberi pesan kemanusiaan dalam setiap beritanya.  Pada pasal 1, kode etik jurnalistik yang diresmikan oleh Dewan Pers Indonesia mengatakan bahwa wartawan harus bersikap independen. Independen dengan netral sendiri sangat berbeda. Melansir dari laman Aliansi Jurnalis Independen, jurnalisme independen adalah kegiatan jurnalisme y

Environmental Activists Who Are Caught in the ITE Law

Gambar
  Source: writer The trial of the verdict on the defamation case carried out by Karimunjawa environmental activist, Daniel Frits Maurits Tangkilisan, was held at the Jepara District Court (PN), Thursday (04/04). In this case, Daniel was charged with multiple articles, namely Article 45A paragraph (2) in conjunction with Article 28 paragraph (2) of Republic of Indonesia Law no. 19 of 2016 concerning Amendments to Law no. 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions (ITE).  This verdict hearing was marked by demonstrations by the demonstrators demanding Daniel's release. The action entitled "Jepara District Court Storming" started at 09.00 WIB and was attended by more than a hundred demonstrators. Source: writer Various parties such as the Commission for Missing Persons and Victims of Violence (KontraS), the Central Java Forum for the Environment (Walhi), the Legal Aid Institute (LBH) Semarang, the Indonesian Sustainable Environmental Guard Coalition (Kawal

Aparat Keamanan Keparat: Siksa Papua, Wujud Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Gambar
  Sumber: HIPMAPAS Tepat pada 30 Maret 2024, Himpunan Pelajar & Mahasiswa Papua Kota Semarang (HIPMAPAS), melakukan aksi di depan gedung Polda Jawa Tengah. Aksi tersebut berjudul “Hentikan Kekerasan, Berikan Keadilan Bagi Orang Papua dan Tarik TNI, Polri dari Seluruh Tanah Papua”. Tujuan aksi yaitu menuntut keadilan atas pelanggaran hak warga sipil oleh aparat TNI dan Polri di seluruh tanah Papua. Mereka mengecam pelanggaran hak asasi manusia dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakan aparat keamanan negara yang sewenang-wenang kepada masyarakat adat Papua.   Dalam aksi tersebut, dibacakan pernyataan sikap oleh Yeli Yikwa sebagai Sekretaris HIPMAPAS dan diikuti bersama-sama. Ia membacakan pernyataan sikap tentang beberapa poin tuntutan yang dapat disimpulkan yaitu mengecam, mengadili, memecat, memenjarakan pelaku penyiksaan terhadap warga sipil di seluruh wilayah Papua. Pemerintah juga perlu untuk mengusut tuntas kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil di

Kami Menuntut yang Peduli !

Gambar
  Dalam rangka menyambut pemilu 2024, Greenpeace Indonesia bersama beberapa lembaga dan komunitas se-Indonesia melakukan aksi long march yang bertajuk “Salah Pilih, Susah Pilih”. Diselenggarakan pada Rabu, 7 Februari 2024 pukul 09.00 hingga 13.30 WIB. Long march ditempuh bersama sekitar 200 massa aksi sejauh 2,5 km. Titik keberangkatan aksi dari Stasiun Sudirman dan berjalan bersama-sama hingga Monumen Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat no 21, Jakarta Pusat. "Semoga kita semua tidak salah pilih pemimpin. Ingat, salah pilih, susah pulih!” ujar salah satu orator dalam aksi tersebut. Aksi ini mengajak masyarakat agar lebih proaktif mengetahui rekam jejak calon anggota legislatif, presiden, dan wakil presiden yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan, praktik korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Dalam pernyataan sikap massa aksi yang diwakili oleh perwakilan Greenpeace Indonesia mengatakan, “Persoalan lingkungan dan krisis iklim, demokrasi dan perlindungan hak asasi manusi

Meramu Karya, Menjamu Makna Hidup

Gambar
  Pagi itu pukul tujuh. Aku bergerak untuk berangkat menuju suatu tempat. Dimana aku bisa melihat, bercengkrama, berpikir, dan merenung. Bahwa sesungguhnya, apa yang kita inginkan dari hidup? Perjalanan dimulai. Melangkahkan kaki dan menaiki bus mini kota. Pagi itu, bersama para lanjut usia. Eyang-eyang dan seorang ibu yang terlihat hendak memasuki usia itu.  Setelah satu jam perjalanan, aku yakinkan diri pergi menuju suatu tempat yang tak kukenal sebelumnya. Nama lokasinya yaitu Panti Werdha Rindang Asih. Aku terharu, saat aku tiba. Banyak sekali mereka, yang berusia lanjut sedang berjemur sambil bercengkrama satu sama lain menikmati hari-harinya. Bersama kawan-kawan relawan yang lain, aku menebarkan senyum dari dalam hati sebagai tanda kepuasan diri bisa memiliki tekad untuk membagikan kasih. Tak perlu menunggu lama, acara pun dimulai. Kita semua bersapaan saling mengenal satu sama lain. Hal itu merupakan titik awal cerita antara usia pejuang kehidupan awal dengan mereka yang telah m