Sosok yang Tak Kusadari dalam Diskusi Bersamanya
Aku tak tahu harus mulai darimana. Semenjak ada kata "harus" buatku jadi semakin terpenjarakan dengan pilihan-pilihan hidup.
Tentang seorang yang pernah aku temui tanpa aku sadari. Lalu ternyata orang itu ada di tengah-tengah kami saat diskusi kala itu. Membuatku mematung sebentar.
Aku mematung di kereta menuju ke kota tempat aku memilih untuk mengarungi nasib. Kereta yang belum berjalan hanya sekitar 5 menit lagi akan berangkat. Seakan menemaniku untuk mematung sejenak.
Keberadaannya dalam diskusi terakhir yang ia ikuti sebelum dibelenggu oleh jeratan pasal yang memenjarakan kebebasan berekspresinya kala hari buruh sore itu, membuatku termenung. Bahwa, pengaruhku sekecil menjadi pemantik diskusi kala itu, ternyata adalah perjumpaan terakhir dengannya yang belum aku kenal kala itu.
Jarak hari diskusi itu 3 sampai 4 hari sebelum ia dijerat oleh borgol yang rasanya ingin kulepasi.
Miris.
Aku bingung salah siapa. Di sisi lain ia terbukti. Di sisi lain banyak yang tertutupi oleh narasi "alat negara".
Semenjak itu, aku kecewa dengan keberadaan kata bertuliskan "negara" (n) itu.
Tanpa alasan atau dengan alasan?
Aku tidak sama sekali mengakuinya.
Deklarasi Ketidakpercayaan pada "N"
"Selama setiap manusia yang mengekspresikan rasa kekecewaannya saat aksi dijerat, tapi di sisi lain ada ruang penyembah dolar serta pemilik mesin uang yang licik. Layaknya mesin permen yang hasilkan pundi rupiah tak terdeteksi....
Rasa kecewaku tak akan pernah tersambung kembali."
Salam lagu kecewa pada "n"~
Komentar
Posting Komentar