(Men)yebalkan
Halow, kini aku hendak menceritakan suatu pengalaman yang dirasakan oleh semua perempuan. Ada yang bisa menebaknya?
Ya, menstruasi. 
Mungkin ini akan terdengar tabu atau untuk yang
mempersilahkan bahasan ini sebagai suatu yang inklusif: “Terimakasih ya!”
Now, let’s begin!
Tulisan ini berawal dari keresahanku saat mengalami
menstruasi. Seringkali beberapa perempuan menggerutu atau justru senang karena mungkin
bisa menggunakan pewarna kuku atau makan banyak, dan lain sebagainya saat
menstruasi. Sebuah keresahan bagiku setiap saat ketika sudah masanya
menstruasi. Aku ingat sekali, persis sepekan sebelum menstruasi, aku mengalami
sakit perut hingga perlu teman untuk ke pusat layanan kesehatan di dekat
kampus. Aku kira asam lambungku meningkat, ternyata ini pola berulang sebelum
aku menstruasi.
Saat hari pertama aku menstruasi, aku seringkali menyalahkan
laki-laki (mohon maaf ya ini hanya kekesalan semata, hehe). Pertanyaannya
selalu seperti ini, “Kenapa ya, perempuan merasakan sakit di organ dalamnya
setiap bulan, sementara di sana banyak laki-laki yang seenaknya memperlakukan
perempuan. Mulai dari kekerasan verbal kepada kekasihnya, ‘permainan di
belakang’ dari laki-laki (ya walau tak bisa dipungkiri kalau perempuan ada yang
juga seperti itu), apalagi kekerasan fisik kepada istri yang sedang mengandung
ataupun yang dalam keadaan sehat.
Pikiranku mulai liar dan memberontak saat darah terus
mengalir yang membuatku ingin marah pada semua orang tapi harus tetap menjaga
tindakanku.
Tak hanya itu, aku juga bertanya-tanya, “Kenapa perempuan
sudah merasakan sakit sejak menstruasi, melahirkan, hingga harus menjaga ‘dirinya’
agar tak disalahkan?”
Cukup menyebalkan ya.
Lalu, aku belajar memahami. Menurut laman Alodokter,
pada wanita terdapat hormon yang diproduksi lebih banyak daripada laki-laki. Namanya
hormon estrogen. Mengapa seperti itu? Hal ini terjadi karena hormon ini akan
bekerja berkali-kali lipat untuk mendukung sistem reproduksi perempuan. Hormon
ini diproduksi oleh ovarium yang memegang fungsi penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan karakteristik seksual wanita ataupun proses reproduksinya. Saat hormon
ini meningkat, ‘mood’ seringkali berubah-ubah. 
“Lagi-lagi, mengapa seperti itu?”
Melansir dari liputan6,
hormon estrogen memiliki efek neuroprotektif dan memengaruhi berbagai aspek
fungsi otak, termasuk memori, kognisi, dan regulasi emosi. Maka dari itu,
perempuan sering sulit dimengerti saat menstruasi, sebelum, maupun pasca. Ya,
walau saat tidak dalam siklus itu, sering sulit dipahami juga ya (hehe). 
Jadi, setidaknya tulisan ini bisa menenangkanku saat posisi “Kenapa
perempuan yang sudah tersakiti saat menstruasi, hamil, dan lain-lain, harus
menghadapi kehidupan yang menambah sakit dan marah?”

Komentar
Posting Komentar