Nulis Aja



Gunarti seorang tokoh perempuan dari Kendeng mengatakan bahwa air untuk kebutuhan keluarga, irigasi sawah, peternakan sapi. Ia tidak bisa membayangkan jika ia membeli air, bisa dipastikan pendapatan keluarga dari bertani akan berkurang sebanyak 40% .  Air yang berlimpah dari Pegunungan Kendeng telah membantu kehidupan masyarakat di sana. Gunarti mengatakan bahwa perlunya menjaga Kendeng agar air tidak berkurang.

Masyarakat Kendeng yang mendapat keuntungan dari alam, menganggap perlu untuk membalas kebaikannya dengan melindungi alam secara alami. Mereka menganggap kerusakan alam menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat sekitar. Tembang dari Kendeng yang berbunyi, “Ibu Bumi seng marengi ojo dilarani” berarti, “Ibu Bumi yang memberi maka Ibu Bumi jangan disengsarakan.” Ibu bumi ini diposisikan sebagai alam yang perlu dikasihi dengan dijaga keutuhannya.

Pertanyaan refleksi yang tentang “Apa kontribusi kita bagi alam?” mengingatkan kita akan eksploitasi besar-besaran manusia yang merugikan dirinya sendiri.

Masyarakat Kendeng menimba pengetahuan tanpa perlu masuk ke ruang kelas pendidikan formal. Mereka percaya bahwa manusia cukup untuk memelajari tata krama dan budi pekerti serta keterampilan dalam berkeluarga dan bermasyarakat secara turun-temurun.

Relasi manusia dengan lingkungan erat dikaitkan dengan kepedulian perempuan terhadap alamnya sebagai sumbu kehidupan.

Guna memertahankan alam kendeng dari ancaman tambang batuan karst, mereka membangun gerakan sosial agar mereka juga tidak terancam dari risiko kerusakan Pegunungan Kendeng. Menjamin keberlangsungan Pegunungan Kendeng merupakan panggilan alami dari masyarakat Kendeng.

Menganalisis gerakan sosial Perempuan Kendeng dari pandangan Castells, terdapat tiga karakteristik yaitu identitas, lawan, dan tujuan dalam melakukan gerakan. Identitas Jawa yang menjadi corak perjuangan perempuan Kendeng merupakan bukti kekuatan budaya lokal yang memperkuat gerakan bersama.

Insting perempuan yang menunjukkan relasi antara ibu dengan keluarganya yang saling merawat, menunjukkan rasa kepemilikan dalam bentuk merawat alam Pegunungan Kendeng. Kesadaran akan keterhubungannya perempuan Kendeng yang erat dengan alam, mendorong konsistensi perjuangannya dari ancaman pabrik semen yang mengeksploitasi batuan Karst.

 


Sumber: Sang Perempuan Samin (2) dipublikasikan oleh akun Youtube KompasTV

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nafas Pundenrejo dalam Perjuangan

Menembang "Lelo Ledung" Bagi Sedulur Sikep dan Wiji Kendeng

Dilema Kepemilikan Tanah: Pemikiran Amatir Pencari Keadilan