Bengisnya Konflik, Mengeroposi Udara Kedamaian
Alohaaa peace maker! Kira-kira, kenapa ya kalian visit for
read this article? apa... tentang serunya perang? isu kemanusiaan? atau konflik
yang semakin memanas dan tidak selesai-selesai? atau bahkan kaum "bodo
amat" yang gak ngerasa impactnya dari konflik ini ke hidup kita?
Lho, lho, lho gak bahaya tah? bahas-bahas isu seperti
ini? the answer is clear that this issue not the danger thing guys, but memantik awareness
kita terhadap isu global. Hmm, syukur-syukur sich, peace maker juga
berkontribusi dalam perdamaian dunia, termasuk Indonesia lah yaaa, heheehee...
Ok, peace maker tanpa perlu berlama-lama, cusss langsung aja
kita menaiki gunung dan menuruni lembah yang penuh duka lara ini #cakelahh
Isu ini mengakibatkan konflik atara Rusia dan Ukraina yang memanas sejak 24 Februari 2021.
Sebenarnya, dulu Ukraina "rapat" dengan Rusia.
Namun pemimpin Ukraina yang sekarang lebih dekat ke Barat dan ingin menjadi
bagian NATO. NATO merupakan organisasi militer internasional
yang bertujuan untuk keamanan bersama para anggotanya.
Padahal ketika Perang Dingin terjadi, sebelum 1990,
orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni
Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman itu.
Namun perpecahan terjadi. Ukraina menganggap bahwa
Commonwealth of Independent States (CIS) adalah upaya Rusia untuk mengendalikan
negara-negara di bawah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet.
Rusia diizinkan untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas
kapal di armada Laut Hitam yang berbasis di Krimea Ukraina. Rusia pun harus
membayar Ukraina biaya sewa karena menggunakan Pelabuhan Sevastopol.
Woah, woah pertarungan semakin sengit, peace maker! (canda,
jangan dianggap pertarungan ya, nanti semakin afraid, jadinya atmosfer dunia
semakin keruh, guysss)
Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak 2014. Kala itu
muncul revolusi menentang supremasi Rusia.
Massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden
Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Kerusuhan bahkan sempat terjadi
sebelum berdamai di 2015 dengan kesepakatan Minsk.
Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Ini, mengutip Al-Jazeera, membuat Putin marah karena prospek berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya.
Desember 2021, pemimpin dunia seperti Presiden AS Joe Biden memperingatkan
Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika menyerang Ukraina karena laporan yang
semakin intens soal militer di perbatasan. Sejumlah pemimpin Eropa seperti
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga
"turun gunung" menginisiasi negosiasi antara keduanya.
Ehemm, ada yang speak up nih, peace maker!
Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia 16
Februari, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva,
mengatakan Rusia tidak pernah berniat menyerang tetangganya itu. Ia menyebut
isu ini muncul setelah dihembuskan AS, NATO dan para aliansinya.
"Barat telah merusak Ukraina dan menariknya keluar dari
orbit Rusia melalui perubahan identitas yang dipaksakan," tulis media itu
menggambarkan tulisan Putin
Di sisi lain, yang dianggap Rusia "ikut campur",
yaitu AS, perwakilannya di Kedutaan Besar AS di Jakarta berpendapat
mengatakan pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap hukum internasional
menjadi tantangan langsung terhadap tatanan berbasis aturan internasional. Ukraina
sendiri merupakan anggota PBB, yang artinya negara merdeka dan berdaulat.
So, sol la si do kita bakal catat poin-poin pentingnya nih,
peace maker:
1. Korban-korban dari invasi Rusia ke Ukraina merasakan
diskriminasi yang sangat kuat, sehingga kehidupan mereka yang berada di Rusia
maupun Ukraina juga tidak tenang, setenang apapun malam itu.
2. Stigma masyarakat yang berkaitan tentang hal buruk
tentang perang, baik korban yang berada di lokasi maupun di seluruh dunia,
menganggap bahwa hal ini menyeramkan padahal stigma tersebut seperti yang sudah
kita bahas diatas tadi, bahwa hal itu hanya semakin memperkeruh keadaan dan
tidak ada harapan maupun langkah positif dari kita, sebagai penerus dunia,
3. Peristiwa politik on the ground antara 2 negara tersebut
yang terlihat maupun "invisible" berdampak besar kepada masyarakat
Rusia dan Ukraina. Kebijakan sebaik apapun, tetap saja membuat masyarakat risau
seribu risau.
4. Berbagi visi terkait rezim maupun konflik sering
dinyatakan oleh kedua negara tersebut. Lantas, "Seberapa pantaskah kau
untuk kutunggu?" (dumpakkdingdinggjoss) agar kelak visi-visi tersebut
datang untuk memperdamai keadaan?
5. Memberhentikan violence, jelas hal ini terasa sangat
indah jika memang benar terjadi. Tapi bagaimana cara kita yang hanyalah butiran
debu? Yap, jangan pesimis, kita bahas in below ya, peace maker.
6. Salah satu pembicara dalam konferensi perdamaian yang digelar di Jakarta ini mengatakan bahwa Indonesia 70% tidak setuju tentang pernyataan invasi Rusia ke Ukraina. Atas dasar apa, yap KEMANUSIAAN. Baiklah, sampai sini mengerti ya adik-adik?
7. Saling mendukung propaganda perang merupakan hal yang
tidak baik dan memunculkan polarisasi masyarakat. Which is mereka yang pro
salah satu pihak, hanya berdasar informasi yang tidak benar.
8. Military, crisis, awareness, political
justice
9. Everyone who died, we never forget and give emphaty for them
10. We should give peace in general
11. Bad Propaganda is a killer
12. Conflict impact for army, children, woman, elderly and
civils.
13. Violence giving bad impact for children
14. Kekerasan di Rusia & Ukraina menyebabkan kesulitan
pekerjaan, keselamatan keluarga terancam, dan krisis perdamaian.
Sumber: Youtube Channel Nasida Ria Management
Setelah kita berusaha merasakan apa yang mereka rasakan,
yukk kita lihat apa sih pemikiran strategis untuk melihat konflik ini dari
kacamata yang lebih baik?
1. Learning and engage other friends, family or anyone to
concern and care for this humanity issue
2. Logika sebagai alat utama
3. Jangan diam, harus pro aktif. Hah, maksudnyaa? Yap the
point is kita at least cari tau informasi yang benar tentang konflik ini.
Jangan sampai "kemakan" info di tiktok kayak contohnya "Rusia
dan Ukraina like mother that lost their son. Actually, gak bisa di-conclusion
macam tuu yaa, peace maker.
4. Negosiasi, edukasi, certain bahwa isu bisa diatasi dengan
kebijakan publik. Sebenernya negosiasi gak semua masyarakat bisa lakukan yaa,
hanya pemangku kebijakan saja. Tapi, at least kita bisa mengedukasi teman-teman
yang masih kurang tau banyak 'bout this conflict nih, jadi kita yang terpapar
edukasi yang benar karena kita "kepo dengan yang benar" dan
menyebarkannya dengan good vibing, a.k.a right ingfoo.
5. Partisipasi penting. Yap, seperti yang sudah dijelaskan
on the top, bahwa sekecil apapun partisipasi kita, pasti akan menumpuk untuk
menghasilkan positive impact, jika saling mendukung secara kolektif. Yaah,
walau realitanya kapan konflik ini kelarrr yee, peace maker?
6. Ehemm, kita senggol Indonesia dulu yukk. Politik
transaksional yang terjadi di Indonesia secara tidak terlihat (widiii, macam
syulapp), membuat pemerintah tidak transparan terhadap segala bentuk peran
mereka terhadap global. Jadi, ibaratnya kayak "cari aman" lhaa derrr.
7. Implementing regulation. Jelas yaa, peace maker kalau ada
regulasi bukannya dimasalahin, tapi dijalankan, dengan mengutamakan
kemanusiaan, lhoo yaa!
8. Meyuarakan grassroots. Siapa sih yang mau dianggap
rumput? Hahh, gak ada kan? "Every people is so precious in every eyes of
human" So, yuk buang stigma-stigma bahwa masyarakat hanyalah sekumpulan
rumput, dan tunjukkan bahwa kita berhak bersuara untuk yang benar, in every
single step.
9. Ultimate change. Cukup idealis, tapi apa salahnya support
for a better future, especially for climate crisis and our change.
10. Opportunity tapi kita gak sadar. Mereka yang pro
terhadap salah satu negara, berusaha memberikan berita hoax di tiktok,
instagram, twitter, which is itu oppportunity mereka untuk bergaung, memanaskan
atmosfer konflik ini. So, bijak-bijak ajaa yaa, peace maker yang berbahagia!
11. People to people solidarity. Yas, udah ngerti kan yaaa,
harus solid!
12. Gelombang social movement/ efek domino. Muaknya
masyarakat terhadap konflik ini, membuat step-step yang memicu movement untuk
memerjuangan kedamaian atau bahkan tidak menyurutkan juga ujaran kebencian
massa.
13.Perlu dorong demand ruang bersuara untuk memengaruhi
systemic change. Pada hakikatnya, bersuara dalam cara apapun adalah suara hati
dari kita sendiri.
14. Langkah kecil kita yang bisa ditanam pada mindset kita:
identifikasi, empower, critical ke better, then believe
that perubahan slowly akan sustainable later.
15. Politik berani berkata benar, bukan "iya-iya saja yang
penting tetap dapat wealth."
16. Belajar identifikasi masalah dan banyak baca
17. Memosisikan menjadi korban atau berempati dan simpati
18. Humanity is the big postive mindet.
19. Then, sustainable peace
20. Engaging people for justice dan change
Punten, mau memantik semangat kaleann nich, a song of the justice album-nya Bieber, favooonya penulis, hehe...
21. Human being is humanity
22. Kita menginginkan keindahan
23. Peace for environment and humanity
24. Peace is not about "there's not a war", but
again... about HUMANITY and ENVIRONMENT
25. Bussiness sector has important character for the crisis
26. Peace house, where people need to build
27. Justice = prepare, reparation, essential, true dialog,
independent
28. Responsive is a beginner step for peace
Sosial media berperan penting, lhoooo peace maker dalam
narasi publik yang beredar tentang konflik. Semakin salah isunya, makanya
semakin memanas atmosfer bumi ini. Yuk, kita look out the social media atmosfer
based on "what happened on sosmed?"
1. Media perlu berpihak kepada mereka yang voiceless, powerless
2. Jurnalisme damai
3. Deep fact
4. Analisis kecil-kecilan narasi publik yang beredar, agar
tidak terjadi perang narasi publik
5. Narasi dari orang yang memihak, melanggar politik bebas
aktif
6. Analisis kejanggalan infromasi di medsos
7. Invisible hand: contohnya youtube aliri dana ke youtuber agar
informasi yang memanaskan relation, berpotensi memuncak
8. Kita anak muda, perlu peduli pada isu publik - global,
agar kita semakin mengantisipasi terhadap impactnya bagi kelangsungan hidup
Indonesia. Although gak related-related banget.
9. Apakah benar ada yang membiayai publikasi media? Ho, ho, ho
10. Netralitas dan disinformasi, sangat sulit terlihat pada
ingfo-ingfo yang happening now.
11. Membuat kita bingung: “Memang Mbak enggak
bingung? Semua manusia di muka bumi ini bingung, Mbak. Nanti enggak bingung
kalau sudah di Surga,” kata Aldi Taher. Ya, udah bingung aja terus kalau kita
gak cari mana info yang valid mana yang nooo...
12. Disinformasi: mempertajam insting
13. Jangan jaga jarak terhadap segala info
14. Kalau ada sesuatu berlebihan: kritis, crosscheck,
hasilkan
15. Disinformation floating marak
16. Influence, brave, wise, see created
17. Activist = trying to tell the truth = spreading the
facts
SO, WHAT WE NEED, PEACE MAKER?
Identifikasi keterlibatan anak muda dalam politik Indonesia:
1. Sounding the grassroots's sound
2. Berkolaborasi dengan pemerintah maupun NGO
The way agar anak muda terlibat untuk perdamaian dunia:
1. Memaksimalkan fitur dalam sosmed: komentar yang benar dan
meluruskan komentar atau informasi yang salah, report bila ada komentar atau
informasi yang salah dan tidak masuk akal/ tidak berdasarkan data.
2. Literasi digital: menaikkan tagar #peaceforUkraine
#standwithUkraine #bersamaUkraina #peacefortheworld merupakan hal yang penting
agar isu tersebut naik ke permukaan sosial media, dan mereka mulai aware atas
literasi yang benar terkait perdamaian dan kemanusiaan dunia.
3. Edukasi: guru maupun lembaga informal dapat memberikan
pemahaman tentang pentingnya asas kemanusiaan di atas segalanya, termasuk
perang yang jelas melanggar hak kemanusiaan setiap orang di muka bumi
ini. Sepenggal kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
berikut “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh
sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri kemanusiaan dan peri keadilan"
4. Collaboration: Gak cuman tiktok atau aku kamu aja
yang collab, but our small steps juga we think, need collab each other
siech...
Kolaborasi bukan kompetisi. Kolaborasi di zaman sekarang ini
penting untuk menciptakan masyarakat yang semakin inklusif dan harmonis.
Contohnya seperti berkolaborasi dengan komunitas online seperti base account
tentang isu-isu kemanusiaan dan politik Indonesia di Instagram, komunitas
offline yaitu komunitas yang concern pada isu lingkungan Indonesia maupun
dunia. Tidak hanya komunitas berbasis NGO, tapi juga instansi pemerintah
seperti kementerian, pemda, ataupun dari perusahaan pendukung isu kemanusiaan.
So, easier deehh kedepannya!
Penulis tau, pasti peace maker nunggu bacaan mumet ini
kelar, kan? Yap, yaudah kalau begitu, TERIMAKASIH BANYAK buat yang udah baca
sampai akhir maupun scroll aja sampai akhir. Intinya, jangan kemakan info
menyimpang tentang konflik dalam dan luar negeri yaaa, sehingga kita bisa have
awareness for the humanity, in the future.
Song Heal The World - Michael Jackson (kalau gak ke-klik yauda search mandiri on spoty ya guysss) :)
Sumber: CNBC News
Conference Stand with Ukraine on July 17, 2023 in Jakarta
Komentar
Posting Komentar