Yuk, Jalan-jalan ke Rumah yang Jakarta Buat Bersama

Sumber foto: @jssxbemui

Haloww environmental friends! How are you guys? Kali ini penulis mau ajak kalian buat jalan-jalan ke rumah akhir kita nih, hehehe... Kira-kira dimana ya? Tanpa perlu lama-lama, mending langsung aja menuju tempatnya, lets's go environmental friends!

Senin, 27 Juni 2023, para mahasiswa Universitas Indonesia bersama dengan beberapa relawan menggelar aksi bernama "Jakarta Sadar Sampah X BEM UI". Acara peduli lingkungan yang khususnya peduli dengan keberadaan sampah ini memiliki beberapa rangkaian acara dalam beberapa minggu ke depan. Salah satunya yang telah terselenggarakan yaitu menelusuri dan memelajari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Ya, salah satu tempat pembuangan sampah terbesar atau nomor satu se-Asia Tenggara.

Para panitia dan relawan "Jakarta Sadar Sampah X BEM UI" ini, berangkat dari Universitas Indonesia sejak pukul sembilan pagi dan sampai di TPST Bantar Gebang sekitar pukul setengah sepuluh pagi. Mereka disambut oleh Kepala Staf Bantar Gebang, Roy Sihombing. Ia mengucapkan selamat datang dan terimakasih kepada para panitia dan relawan yang sudah sadar akan kondisi sampah di Jakarta, sehingga datang langsung dan mengunjungi TPST Bantar Gebang.

Setelah itu, para relawan dan panitia juga  dijelaskan tentang sistem pengolahan sampah Jakarta di Bantar Gebang. "Sampah-sampah yang berdatangan setiap harinya  dari Jakarta rata-rata bisa mencapai 7.500 ton, bahkan di bulan Maret 2022, pernah menyentuh 7.800 ton sehari itu", tegas Roy menjelaskan. Merupakan hal yang memprihatinkan bagi semua orang, tapi hanya sedikit orang yang tergerak untuk membantu mengurangi sampah yang dibuang di Bantar Gebang.

Sampah-sampah yang tinggi tumpukannya setara dengan gedung 16 lantai itu, juga perlu untuk ditutupi tanah merah agar tidak bau dan tidak mudah longsor. 

"Tapi kita tidak bisa menutupinya setiap hari, padahal idealnya seperti itu. Ada yang tau karena apa kita tidak menutupinya setiap hari, melainkan hanya setahun sekali?" tanya Roy kepada relawan yang memerhatikan presentasinya sedari tadi.

"Ketidakefektifan waktu", "Bahan baku yang mahal", "Keterbatasan alat berat", itulah jawaban-jawaban dari para relawan. "Ya, itu semua benar, tapi yang paling sulit adalah mengimpor tanah merah dari daerah Jawa Barat. Jadi bisa bayangkan ya, kalau kita setiap hari menutup sampah-sampah ini dengan tanah merah yang ditambang dari daerah tersebut, bisa habis tanah merah yang diandalkan disana untuk kita." Itulah alasan mengapa hanya setahun sekali tumpukan sampah ditutupi oleh tanah merah.

Padahal, banyak manfaat jika sampah-sampah yang beracun dan memberikan banyak penyakit itu ditutup. Salah satunya mengurangi belatung yang menjadi sumber dari penyakit orang-orang yang tinggal maupun sering memulung di daerah Bantar Gebang. Kapasitas sampah yang ditutup oleh tanah merah atau biasa disebut cover soil itu bisa ditekan sebanyak 30% ke bawah. Sehingga nantinya bisa dijadikan sanitary landfill.

Tempat Pengolahan Akhir Terpadu Bantar Gebang ini memiliki luas lebih dari 110,3 hektar persegi. Lalu, bagaimana cara pengolahannya? Operation Sanitary Landfill terbagi dalam beberapa tahap, yang mana terdiri dari: 

1.Proses penimbangan

Dari sinilah sampah yang baru datang dari Jakarta ditimbang. Dengan menggunakan jembatan timbang yang berada di tiap pintu masuk TPST Bantar Gebang, sampah tersebut ditimbang dan dipastikan sampah tersebut hanya datang dari Jakarta, bukan selundupan sampah kota lain. Biasanya ada 100 truk sampah pengangkut yang datang dari Jakarta setiap harinya.

2. Pengangkutan sampah ke titik buang

Setelah ditimbang, sampah dipindahkan ke zona aktif. Disana ada sampah-sampah yang mungkin masih bisa digunakan oleh pemulung seperti botol plasik, benda berbahan karet, pakaian, dan lain sebagainya. Peletakan sampah di zona tumpukan aktif ini dilaksanakan dengan estafet menggunakan eskavator, agar tidak menumpuk di satu zona aktif saja. Ada juga buldozer yang bertugas meratakan sampah-sampah tersebut sehingga tidak mudah terjadi longsor dan tahan saat terjadi hujan

3. Penutupan dengan  tanah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hanya bisa menutupi sampah-sampah dengan tanah merah setahun sekali. Dikarenakan waktu yang akan berlangsung lama dan keterbatasan sumber daya alam tanah merah itu sendiri. Sehingga yang bisa dilakukan yaitu menutupi sampah dengan tanah merah setahun sekali, walaupun jika lebih rutin, bisa mencegah longsor, sampah yang berterbangan, penyakit dan menguraikan sampah.

4. Penggunaan pipa ventilasi

Sampah-sampah yang terus menerus masuk ke zona aktif tersebut akan jenuh karena terkonsentrasi oleh zat methan sehingga, jika tidak ada yang mengeluarkan zat metan ke power plant (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), tumpukan tersebut akan meledak. Pipa ventilasi yang digunakan yaitu tipe HDPE yang tahan lama dan bisa didaur ulang. 

Sampah-sampah diolah menjadi energi listrik yang sumbernya dihasilkan dari zat methan tadi. Hebatnya, listrik tersebut jiga ditransfer ke PLN untuk menghidupi beberapa wilayah di Indonesia. Tidak hanya sampai disitu, sampah tersebut diolah menjadi conblock dan pupuk kompos yang berguna untuk pembangunan dan pertanian. 

RDF (Refuse Derived Fuel)  merupakan hasil pengolahan sampah yang dikeringkan untuk menurunkan kadar air hingga kurang dari 25% dan menaikkan nilai kalornya setelah sebelumnya dicacah terlebih dahulu untuk menyeragamkan ukurannya menjadi 2-10 cm. Kalor yang telah dinaikkan itu bisa menghasilkan bahan bakar fosil  batu bara.

So environmental friends, we have to recycle, reuse, reduce our trash. First, mulai dari simple way dulu deh, such as menggunakan tote bag dan tumbler saat kita bepergian kemanapun, dengan begitu kita bisa mengurangi sampah-sampah yang dibuang di Bantar Gebang, guys.***

Sumber: Live data presentasi TPST Bantar Gebang 

Kipas Angin Kesedot Sampah (kalau gak ke play, yaudah search mandiri yah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Ingin Hidup di Bumi, Bukan?

Dalam Terik, Bersuara Membela Kritik yang Dikriminalisasi Oligarki

Plastic Campaigner with Environment Warriors!